Apa itu Desain Grafis?

Agustus 23, 2008 at 5:16 pm (Concept)

Karya Seni identik dengan suatu yang unik. Oleh karenanya seorang seniman dalam melahirkan karyanya selalu mencari bentuk, bentuk baru. Untuk itu diperlukan sesuatu yang unik. Ini berarti sesuatu yang belum pernah atau mungkin jarang dipakai oleh seniman lain pada karya-karya sebelumnya.

Definisi Desain Grafis: adalah salah satu bentuk seni lukis (gambar) terapan yang memberikan kebebasan kepada sang desainer (perancang) untuk memilih, menciptakan, atau mengatur elemen rupa seperti ilustrasi, foto, tulisan, dan garis di atas suatu permukaan dengan tujuan untuk diproduksi dan dikomunikasikan sebagai sebuah pesan. Gambar maupun tanda yang digunakan bisa berupa tipografi atau media lainnya seperti gambar atau fotografi.Desain grafis umumnya diterapkan dalam dunia periklanan, packaging, perfilman, dan lain-lain.

Desain Grafis

juga merupakan ilmu yang mempelajari tentang media untuk menyampaikan informasi, ide, konsep, ajakan dan sebagainya kepada khalayak dengan menggunakan bahasa visual. Baik itu berupa tulisan, foto, ilustrasi dan lain sebagainya. Desain grafis adalah solusi komunikasi yang menjembatani antara pemberi informasi dengan publik, baik secara perseorangan, kelompok, lembaga maupun masyarakat secara luas yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi visual.Sebagaimana layaknya informasi yang disampaikan menggunakan bahasa lisan (suara) yang dapat disampaikan secara tegas, ceria, keras, lembut, penuh gurauan, formal, dan sebagainya dengan menggunakan gaya bahasa dan volume suara yang sesuai, Desain grafis juga dapat melakukan hal serupa. Kita dapat merasakan sendiri setelah membaca sebuah berita (tulisan), melihat foto atau ilustrasi, melihat permainan warna dan bentuk dari sebuah karya design yang berbentuk publikasi cetak, nuansa yang ditimbulkannya. Apakah informasi itu tegas, formal, bergurau, lembut, anggun, elegan dan sebagainya.

Kenapa kita dapat merasakan hal itu? Kenapa obyek publikasi itu bisa menimbulkan kesan dan pesan sesuai dengan yang ingin disampaikan hingga dimengerti oleh kita sebagai pembaca? Jawabannya adalah karena adanya unsur-unsur design dan prinsip-prinsip design yang ada dalam sebuah karya design tersebut, baik disadari maupun tidak disadari oleh pembuatnya.

 

 

 

 

Ada beberapa tokoh menyatakan pendapatnya tentang desain grafis :

Menurut Suyanto desain grafis didefinisikan sebagai ” aplikasi dari keterampilan seni dan komunikasi untuk kebutuhan bisnis dan industri”. Aplikasi-aplikasi ini dapat meliputi periklanan dan penjualan produk, menciptakan identitas visual untuk institusi, produk dan perusahaan, dan lingkungan grafis, desain informasi, dan secara visual menyempurnakan pesan dalam publikasi.

Sedangkan Jessica Helfand dalam situs http://www.aiga.com/ mendefinisikan desain grafis sebagai kombinasi kompleks kata-kata dan gambar, angka-angka dan grafik, foto-foto dan ilustrasi yang membutuhkan pemikiran khusus dari seorang individu yang bisa menggabungkan elemen-eleman ini, sehingga mereka dapat menghasilkan sesuatu yang khusus, sangat berguna, mengejutkan atau subversif atau sesuatu yang mudah diingat.

Menurut Danton Sihombing desain grafis mempekerjakan berbagai elemen seperti marka, simbol, uraian verbal yang divisualisasikan lewat tipografi dan gambar baik dengan teknik fotografi ataupun ilustrasi. Elemen-elemen tersebut diterapkan dalam dua fungsi, sebagai perangkat visual dan perangkat komunikasi.

Menurut Michael Kroeger visual communication (komunikasi visual) adalah latihan teori dan konsep-konsep melalui terma-terma visual dengan menggunakan warna, bentuk, garis dan penjajaran (juxtaposition).

Warren dalam Suyanto memaknai desain grafis sebagai suatu terjemahan dari ide dan tempat ke dalam beberapa jenis urutan yang struktural dan visual.

Sedangkan Blanchard mendefinisikan desain grafis sebagai suatu seni komunikatif yang berhubungan dengan industri, seni dan proses dalam menghasilkan gambaran visual pada segala permukaan

Kategori Desain Grafis

Secara garis besar, desain grafis dibedakan menjadi beberapa kategori:

  1. Printing (Percetakan) yang memuat desain buku, majalah, poster, booklet, leaflet, flyer, pamflet, periklanan, dan publikasi lain yang sejenis.
  2. Web Desain: desain untuk halaman web.
  3. Film termasuk CD, DVD, CD multimedia untuk promosi.
  4. Identifikasi (Logo), EGD (Environmental Graphic Design) : merupakan desain professional yang mencakup desain grafis, desain arsitek, desain industri, dan arsitek taman.
  5. Desain Produk, Pemaketan dan sejenisnya.

Bidang Komunikasi Grafis

Komunikasi Grafis merupakan bidang profesi yang berkembang sangat pesat sejak Revolusi Industri (abad ke-19) disaat informasi melalui media cetak makin luas digunakan dalam perdagangan (iklan, kemasan), penerbitan (koran, buku, majalah) dan informasi seni budaya. Perkembangan bidang ini erat hubungannya dengan meningkatnya kesadaran akan manfaat yang dapat dipetik dari keakuratan penyampaian informasi pada masyarakat.

Perkembangan di atas juga dipacu oleh kesadaran yang makin tinggi pada efektivitas bahasa rupa (visual) dalam komunikasi masa kini. Bila pada awal munculnya mesin cetak abad ke-15 istilah bidang ini adalah“graphic arts” yang masih dikonotasikan dengan seni, maka abad ke-20 istilahnya menjadi “graphic communication” atau juga “visual communication”. Hal ini menggambarkan peranan komunikasi sebagai

kunci profesi dalam bidang ini.

Saat ini peranan komunikasi yang diemban makin beragam: informasi umum (information graphics, signage), pendidikan (materi pelajaran dan ilmu pengetahuan, pelajaran interaktif pendidikan khusus), persuasi (periklanan, promosi, kampanye sosial) dan pemantapan identitas (logo, corporate identity, branding). Munculnya istilah “komunikasi visual” sebenarnya juga merupakan akibat dari makin meluasnya media yang dicakup dalam bidang komunikasi lewat bahasa rupa ini: percetakan / grafika, filem dan video, televisi, web design dan CD interaktif.

Perkembangan itu telah membuat bidang ini menjadi kegiatan bisnis yang sekarang sangat marak melibatkan modal besar dan banyak tenaga kerja. Kecepatan perkembangannya pun berlomba dengan kesiapan tenaga penunjang pada profesi ini. Karena itu perlu disiapkan suatu standar yang dapat jadi acuan bagi tenaga kerja dalam profesi ini, baik dalam posisinya dalam jenjang ketenagakerjaan maupun dalam perencanaan pendidikan penunjangnya.

Standardisasi yang saat ini dibuat tak mungkin menahan laju perkembangan bidang Komunikasi Grafis. Tetapi dengan melihat apa yang telah terjadi baik di negeri orang maupun di negeri sendiri, diharapkan usaha membuat acuan dapat mengantisipasi cukup panjang menghadapi perkembangan bidang ini.

Komunikasi Grafis dan Komunikasi Visual

Istilah yg diberikan oleh Dikmenjur setelah berkonsultasi dengan Ditjen Grafika. Kata Grafis sendiri mengandung dua pengertian:

(1) Graphein (lt.= garis, marka) yang kemudian menjadi Graphic Arts atau Komunikasi Grafis,

(2) Graphishe Vakken (bld=pekerjaan cetak) yang di Indonesia menjadi Grafika, diartikan sebagai percetakan.

Dalam pengertian ini Komunikasi Grafis adalah pekerjaan dalam bidang komunikasi visual yang berhubungan dengan grafika (cetakan) dan/atau pada bidang dua dimensi dan statis (tidak bergerak dan bukan time-based images).

Dasar terminologi perlu untuk menjelaskan beda antara Komunikasi Grafis dengan Komunikasi Visual.

Komunikasi visual merupakan payung dari berbagai kegiatan komunikasi yang menggunakan unsur rupa (visual) pada berbagai media: percetakan / grafika, luar ruang (marka grafis, papan reklame), televisi, film/video, internet dll, dua dimensi maupun tiga dimensi, baik yang statis maupun bergerak (time based).

Sedangkan Komunikasi Grafis merupakan bagian dari Komunikasi Visual dalam lingkup statis, dua dimensi, dan umumnya berhubungan dengan percetakan / grafika. Dalam lingkup terminologi ini standar kompetensi Komunikasi Grafis dibuat.

Bidang profesi Komunikasi Grafis meliputi kegiatan penunjang dalam kegiatan penerbitan (publishing house), media massa cetak koran dan majalah, periklanan (advertising), dan biro grafis (graphic house, graphic boutique, production house). Selain itu komunikasi grafis juga menjadi penunjang pada industri non-komunikasi (lembaga swasta / pemerintah, pariwisata, hotel, pabrik / manufaktur, usaha dagang) sebagai inhouse graphics di departemen promosi ataupun tenaga grafis pada departemen public relation perusahaan.

Pekerjaan Komunikasi Grafis meliputi olah gambar/images (gambar ilustrasi, fotografi), olah teks/tipografi (cipta dan susun huruf) dan penggabungan unsur teks dan images ke dalam rancangan/design yang siap dilaksanakan. Dalam kenyataan di lapangan, situasi kegiatan komunikasi grafis di Indonesia tak sepenuhnya seperti diagram umum di atas. Olah huruf / type design & typography yang di beberapa negara maju merupakan profesi khusus ( mendesain font / typeface, hand lettering, tipografi / olahan tata huruf ) di Indonesia tak berkembang menjadi bidang profesi tersendiri (pernyataan Bp. Danton Sihombing MFA pakar bidang huruf). Di Indonesia olah huruf pada era digital dikerjakan sendiri di komputer oleh desainer ataupun operator atas petunjuk desainer. Meski ada juga yang olah huruf khusus seperti hand lettering dan Kaligrafi tidak merupakan bidang

spesialisasi profesi yang berkembang baik. Karena itu dalam standar kompetensi komunikasi grafis ini olah huruf/tipografi tak dibuat sebagai sub-bidang kompetensi tersendiri, tetapi menjadi subkompetensi untuk sub bidang desain grafis.

bidang Komunikasi Grafis dipilah menjadi 3 sub-bidang:

  1. Desain Grafis: merancang / menyusun bahan (huruf, gambar dan unsur grafis lain) menjadi informasi visual pada media (cetak) yang dimengerti publik
  2. Ilustrasi: menampilkan informasi dengan ketrampilan gambar tangan dan penuangan daya imajinasi.
  3. Fotografi: menampilkan informasi dengan ketrampilan menangkap cahaya melalui kamera dankepiawaian memilih / mengolah hasil bidikan.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Disain grafis

Agustus 23, 2008 at 5:07 pm (Sample Design)

 

 

 

 

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Arsitektur, Sebuah Langkah Kreatif dan Inovatif

Agustus 23, 2008 at 4:10 pm (Concept)

Arsitek selalu membuat “kejutan” baru dalam menciptakan karya-karya mereka. Eksplorasi mereka terhadap bentuk massa, struktur, dan proporsi, didukung oleh desain yang inovatif serta teknologi canggih semua difokuskan dalam menghasilkan suatu karya baru. Dalam mencapai sebuah langkah kreatif eksplorasi terhadap desain seolah-olah tidak ada batasnya. Bagi Ridwan Kamil, seorang arsitek urban yang tengah mengeksplorasi desain-desain spektaktuler, desain yang spontan dapat terwujud lebih unik dibandingkan dengan desain awal. Pada desain rumahnya di Bandung Utara dia mewujudkan ide yang ekspresif dan kreatif lewat bahasa arsitektur dengan balutan estetika dan desain yang berfungsi. Bagi Emil, demikian sapaan sehari-harinya, mendesain adalah ibarat melakukan sebuah ibadah. Dia mengerti betul aturan-aturan yang perlu dipatuhi dan aturan yang masih fleksibel sehingga dapat menciptakan suatu bahasa arsitektur dan bahasa interior yang unik pada setiap rancangannya. Kali ini Emil berkesempatan untuk merancang rumahnya sendiri dengan menggabungkan pengalaman kerja, pengetahuan serta impiannya untuk menciptakan sebuah hunian modern yang menghadirkan ”semangat” desain dalam konteks kehidupan modern. Secondary Skin yang fenomenal Banyak ide yang ingin diwujudkan ketika mendesain rumahnya. Dia membalut bangunan dengan kulit eksternal (secondary skin) sebagai upaya untuk menyamarkan dinding rumah utama yang sebagian besar terbuka dengan kaca setinggi plafon. Sang arsitek menerangkan bahwa secondary skin ini bagaikan sebuah bidang, tirai, partisi, jendela dan juga penghalang terhadap terik panas matahari di siang hari. Kulit ini tidak hanya terlihat unik tetapi juga fungsional. Uniknya struktur kerangka kulit luar ini dipadukan dengan bahan yang tidak lazim digunakan pada rumah, yaitu botol-botol bekas yang jumlahnya mencapai 30 ribu buah. Botol-botol bekas tersebut ditempelkan dan disusun satu sama lain untuk menghasilkan bidang-bidang partisi yang semi transparan. Botol bekas yang dipilih adalah botol kratingdaeng yang berukuran sedang dan berwarna oranye sehingga menghasilkan pencahayaan yang nyaman dan alami ketika ditimpa matahari. Efek cahaya tersebut sesuai dengan tema warna yang diterapkan pada interior rumahnya yaitu warna cokelat kayu. Emil mengatakan bahwa pemakaian secondary skin mempunyai falsafah tertentu seperti yang pernah dikemukakan oleh arsitek Budi Pradono dalam rancangan beberapa bangunannya yaitu mengangkat citra tradisional dalam bahasa modern. Jika diperhatikan secara teliti struktur kerangka secondary skin merupakan paduan unsur modern dengan unsur tradisional yaitu botol-botol bekas tadi. Pada resto Kayumanis yang dikerjakan oleh Budi Pradono, efek yang dihasilkan melalui struktur secondary skin ini memunculkan efek “dramatis” ketika bersinggungan dengan cahaya matahari. Suasana terlihat “hangat” dan nyaman. Tekstur, Warna dan Unsur Melayang Rumah ini berdiri di atas lahan yang berbentuk trapesium, sehingga orientasi desainnya harus disesuaikan dengan kondisi lahan. Bentuk massa utama berbentuk huruf “U” dengan bagian depan rumah menyerong ke arah jalan sehingga menjadikan tata letak interiornya terpisah-pisah. Namun Emil tetap mengomposisikan ruangan agar terbuka satu sama lain melalui permainan efek tembus pandang dan dominasi garis kisi-kisi pada interiornya. Di sini diterapkan permainan struktur split level dengan komposisi dua lantai di massa bagian depan dan komposisi tiga lantai di massa bagian belakang. Kedua massa ini mengapit sebuah inner-court yang difungsikan sebagai area buffer sekaligus sebagai tempat relaksasi. Mengingat area ini sering dipergunakan sebagai tempat berkumpul keluarga ataupun tempat pengajian maka ruang luar ini menjadi perluasan dari ruang dalam. Setiap ruangan saling berhubungan dengan ruangan di sebelahnya. Misalnya ruangan tamu di depan terhubung langsung dengan ruangan keluarga tetapi dipisahkan dengan perbedaan lantai. Disisi lain, pada partisi yang melatarbelakangi rak TV dibuat celah horizontal sehingga dapat terlihat aktivitas di ruang musala. Secara menyeluruh, interior dalam dibuat nyaman dengan aksen warna yang dominan. Contohnya terdapat ruangan keluarga yang elegan dengan mebel dan aksesori interior yang menawan. Sebuah sofa egg chair berwarna merah menjadi aksen yang turut menyemarakkan ruangan ini. Emil mengatakan bahwa aksen ini dibuat untuk menampilkan pusat perhatian pada ruangan. Dari ruangan ini terdapat akses ke arah inner courtyard melalui pintu kaca geser. Bukaan seperti ini berfungsi untuk melancarkan sirkulasi udara dan juga melancarkan cahaya matahari masuk ke dalam rumah sehingga rumah terasa sejuk dan terang. Pemakaian cat untuk tembok sengaja dibuat minim. Sebagai penggantinya dipakai material bertekstur seperti batu alam, wallpaper, panel kayu, kisi-kisi besi dan beberapa bahan lainnya yang memenuhi bidang-bidang interiornya. Berbagai material dipadukan seperti batu andesit untuk pelapis lantai dan pelapis dinding yang di beri coakan garis-garis sehingga terlihat unik. Detail-detail ini banyak yang diubah oleh Emil saat pelaksanaan tahapan konstruksi, sehingga tercapai suasana dan efek yang diinginkan. Detail lain yang turut diperhatikan oleh Emil adalah ”efek melayang” yang diterapkan pada sebagian besar furnitur di dalam rumah. Contohnya meja dapur island berwarna putih yang mempunyai kaki meja yang ditempatkan pada bagian tengah dalam sehingga tidak terlihat dan menimbulkan efek melayang. Begitu pula dengan penggunaan beton yang membingkai sebuah chaise longe berwarna merah di area courtyard. Di sini struktur betonnya ditopang oleh kaki beton yang dibuat lebih ramping dan lebih kecil sehingga tercipta efek melayang pada struktur beton tadi. Dengan pencahayaan dari lampu yang tersembunyi, efek visual melayang lebih terlihat terutama menjelang malam hari. Secara keseluruhan semua elemen yang diciptakan berpadu harmonis penuh permainan garis horizontal dan vertikal, serta mempunyai nilai ramah lingkungan karena menggunakan botol-botol bekas sebagai elemen arsitekturnya. Desain hunian ini diupayakan arsiteknya merespons perubahan cuaca dan sekaligus menyuguhkan “permainan” massa bangunan yang dinamis melalui konsep susunan bidang penyekat (layering the bounderies). Gagasan desain ini bertitik tolak dari keinginan pemilik rumah untuk memiliki hunian modern dan natural yang berbeda dari rumah tinggal pada umumnya di Surabaya, Jawa Timur. Dilihat dari kondisinya, lahan yang memanjang ke belakang seluas 875 m2 ini berada di huk / persimpangan jalan dan satu sisi panjangnya menghadap ke arah timur sehingga rentan terkena silau cahaya matahari. Untuk merespons kondisi ini, pemilik memberi kebebasan merancang kepada tim konsultan arsitektur dan interior R+DA bersama dengan tim pelaksana interior dari SunFlower. Sebagai ide awal, arsitek Darnan dari R+DA mengusulkan wujud hunian beratap datar yang merupakan terobosan baru di kompleks ini. Ide atap datar ini didukung oleh pengolahan bukaan dan bidang penyekat pada massa bangunan. Konsep ini terbukti dapat mengantisipasi perubahan iklim dengan estetika yang bernilai seni tinggi. Konsep Arsitektur Pada tahap awal, arsitek merancang massa bangunan dua lantai berbentuk huruf U dengan halaman dalam (courtyard) di bagian tengahnya. Di lihat dari bentuk kaveling, halaman dalam yang diolah menjadi kolam renang dan taman ini menempati pojok belakang lahan sehingga dapat menjaga privasi pemilik saat berenang sekaligus mengoptimalkan pengudaraan silang dalam bangunan. Arsitek juga menerapkan prinsip bangunan tropis yaitu hampir setiap sisi hunian memiliki bukaan luas agar dapat mengoptimalkan masuknya cahaya matahari dan pandangan ke arah luar. Komposisi solid dan void pada massa bangunan ini juga diimbangi oleh ini “permainan” dinamis antara tiang-tiang bangunan yang vertikal dan bidang-bidang horizontal dari atap datar, teritis dan kanopi. Selanjutnya, massa bangunan utama sengaja dibedakan dengan massa bangunan servis dengan cara menegaskan posisi entrance dan selasar untuk sirkulasi dalam hunian persis di tengah kedua massa bangunan. Dengan massa bangunan yang demikian besar, arsitek merancang elemen-elemen pengikat yang berfungsi menyatukan dan mengimbangi secara visual (mass interconnection). Contohnya, sebuah kanopi panjang menyatukan garasi, pintu masuk hingga teras bagian depan sedangkan satu bidang vertikal berlapis batu andesit di bagian belakang rumah mengimbangi void tinggi transparan di pojok depan / huk rumah. Desain ini berhasil menciptakan karakter khas fasada hunian bergaya tropis modern yang didukung oleh aplikasi material dan teknologi yang canggih. Yang paling unik dari arsitektur rumah ini adalah konsep susunan bidang penyekat / layering the bounderies yang merupakan respons desain bangunan terhadap perubahan cuaca. Prinsipnya, arsitek menyusun beberapa lapis (layer) bidang penyekat transparan (screen) pada sisi luar bukaan luas untuk menangkis panas matahari sekaligus menghalangi pandangan orang dari arah luar ke dalam hunian. Contohnya terlihat pada susunan empat bidang penyekat yang berada persis di luar ruang duduk keluarga di lantai dasar. Penyekat pertama berupa bilah-bilah perunggu yang diolah membentuk motif ombak pada satu bidang vertikal sedangkan penyekat kedua berupa deretan beberapa pohon phoenix yang tajuk daunnya berbentuk kipas. Penyekat ketiga berupa pagar batas kaveling dan penyekat terakhir adalah pohon-pohon di lahan kompleks. Arsitek juga merancang bidang penyekat dalam wujud lain yaitu deretan batang kayu dan kerangka baja yang menyekat selasar lantai atas dan menaungi dek seputar kolam renang. Arsitek juga membuat area transisi (penyangga) yang berfungsi menurunkan temperatur ruang yang berada di sisi barat lahan misalnya berupa ruang tangga sempit di area servis dan area walk in wardrobe di kamar anak. Selain itu, bidang dek atap rumah dibuat dobel sehingga terbentuk celah yang dapat mengalirkan udara ke dalam hunian. Konsep Interior Untuk bagian dalam rumah, arsitek berupaya membuat susunan / layout ruang yang dapat mengamodasi kebiasaan penghuni. Prinsip pertama adalah area publik seperti foyer dan ruang tamu dipisahkan dari area privat sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari penghuni. Sebagai wujudnya, foyer dirancang menjadi bagian awal dari selasar dalam rumah sedangkan area penerima tamu dikelilingi oleh jendela dan pintu kaca yang lebar sehingga memberi kesan ruang dalam yang “merangkul” lingkungan sekitarnya. Prinsip kedua adalah ruang duduk, ruang makan dan dapur menjadi “jantung” rumah ini tempat penghuni kerap melakukan aktivitas bersama. Karena itu, area kumpul bersama didesain terbuka tanpa dinding penyekat, dikelilingi oleh deretan jendela-pintu kaca yang berorientasi menghadap ke arah kolam renang dan taman di lantai bawah. Dengan demikian, penghuni mudah melihat ke berbagai sudut rumah termasuk pemandangan segar ke arah luar. Kusen jendela terbuat dari bahan aluminium khusus (PVC-U) dengan seal penuh sedangkan kacanya (tempered glass) dibuat rangkap tiga agar dapat meredam bising kendaraan di jalan tol yang tidak jauh dari rumah. Prinsip ketiga adalah ruang kerja yang nyaman bagi pemillik rumah tempat sang Ibu mengerjakan desain perhiasan sedangkan sang ayah dapat membaca koleksi buku. Prinsip terakhir adalah mengombinasikan warna, tekstur dan motif yang dapat memberikan keceriaan di dalam rumah. Diantaranya, warna-warna earth tones seperti hitam, coklat, krem dan abu-abu, yang menonjolkan motif alami dari serat kayu dan batu alam yang digunakan. Tekstur material yang digunakan cenderung tidak mengkilap / matt seperti lantai ruang tamu sengaja dilapisi oleh batu red cooper slate dengan permukaan honed doff agar menegaskan nuansa outdoor di ruang ini. Elemen ini dipadu dengan bahan aluminium yang memberi kesan modern pada hunian ini. Konsep Lanskap Pada dasarnya, tanaman dan ornamen luar rumah dirancang untuk menegaskan konsep arsitektur bangunan secara keseluruhan. Sebagai contoh, area kolam renang dan taman dalam diolah menjadi tempat olah raga dan tempat bersantai keluarga dalam suasana yang segar. Area ini dilengkapi oleh dek kayu, kursi, pohon frangipani, patung yang juga menjadi air mancur serta lampu sorot. Selain itu, teras ruang tamu dikelilingi oleh tanaman tropis seperti pandan Bali dan hiasan berupa gentong dan tempat duduk dari batu menhir. Secara keseluruhan, desain hunian ini berhasil mewujudkan keinginan pemilik dan keinginan arsiteknya. Sumber : griya-asri.com

Permalink 1 Komentar